Global crisis on Indonesia

After the global crisis in the United States, now observers of business and financial actors begin to anticipate the result will keep arising from the global crisis.



Global crisis on Indonesia

After the global crisis in the United States, now observers of business and financial actors begin to anticipate the result will keep arising from the global crisis.
Like the Director of Bank BTN (State Savings Bank) Iqbal Latanro predicted that the increase will be bad debts (non-performing load) on the Bank BTN for the period 2009 will rise.
This caused the beginning of a number of depositors affected by the global crisis, such as the removal work, pemberlakukan shirt, work hours, or company policy where depositors are related to the economic situation is less good.
With the estimated increase in bad debts from 3.9% to 4.2%, but the positive result of all that, Bank Indonesia began to lower the rate of interest of 9.5% to 9.25% is a positive sign for the property, such as home ownership loan (KPR) or credit ownership apartment (KPA).
With the decline of this interest rate, the Vice Chairman of the Board chairmen Realestat Center Association of Indonesia (REI DPP PP) M Nawir hope with the subsidy of Rp. 2.5 trillion in the housing industry can further improve the property.
Similarly, according to State Minister of the People's Housing (Mennegpera) M Joseph Asy'ari says will prevent bottlenecks in the procurement project house property (rusunami) tower from the 1000 target in the government.
Although various government policies have been taken to strengthen and accelerate these policies, programs such as the procurement of land owned by state-owned enterprises with the price of Rp. 1 million per m2.
The government also is trying to increase the budget for housing the original 2009 Rp. 800 billion into Rp.2.5 trillion, with the hope that with the increased budget in the housing sector is accelerating realized.

Krisis Global Terhadap Indonesia

Setelah masa krisis global di Amerika, kini para pengamat bisnis dan pelaku keuangan mulai melakukan antisipasi untuk menahan akibat yang akan ditimbulkan dari krisis global tersebut.
Seperti halnya Direktur Utama Bank BTN (Bank Tabungan Negara) Iqbal Latanro memprediksikan akan terjadinya peningkatan kredit macet (non-performing load) pada Bank BTN untuk periode tahun 2009 akan naik.
Hal ini diakibatkan mulainya sejumlah penabung yang terkena dampak krisis global, seperti pemecatan kerja, pemberlakukan shirt jam kerja ataupun kebijakan perusahaan tempat penabung berada terkait situasi ekonomi yang kurang baik.
Dengan perkiraan peningkatan kredit macet dari 3.9% menjadi 4.2%, namun akibat positif dari semua itu, Bank Indonesia mulai menurunkan rate suku bunga dari 9.5% menjadi 9.25% merupakan salah satu tanda positif untuk dunia property seperti kredit pemilikan rumah (KPR) atau kredit pemilikan apartemen (KPA).
Dengan terjadinya penurunan suku bunga ini, Wakil Ketua Dewan Pimpinan Pusat Persatuan Realestat Indonesia (DPP PP REI) M Nawir berharap dengan adanya subsidi sebesar Rp. 2.5 triliun di sektor industri perumahan dapat lebih meningkatkan dunia properti.
Demikian halnya menurut Menteri Negara Perumahan Rakyat(Mennegpera) M Yusuf Asy'ari mengatakan akan terjadinya hambatan pada proyek pengadaan rumah susun milik (rusunami) 1.000 tower dari yang di targetkan pemerintah.
Meskipun berbagai kebijakan telah diambil pemerintah untuk memperkuat dan memperlancar kebijakan tersebut, seperti program pengadaan lahan milik BUMN dengan harga Rp. 1 juta per m2.
Pemerintah juga sedangkan berusaha untuk meningkatkan anggaran perumahan untuk tahun 2009 yang semula Rp. 800 milliar menjadi Rp.2.5 triliun, dengan harapan dengan peningkatan anggaran di sektor perumahan ini semakin mempercepat terealisasi.