Two More Research Agency Litbangkes earn Degree Research Professor

Today, two more researchers Research and Development Agency Health (MOH Litbangkes Agency), namely Komari, M.Sc., Ph.D., and Supratman Sukowati, Ph.D, be as Research Professor. This is done Pengukuhan Chairman LIPI (Indonesian Institute of Science) in the Meeting Room Leimena RI Department of Health, dated 30 December 2008.


Today, two more researchers Research and Development Agency Health (MOH Litbangkes Agency), namely Komari, M.Sc., Ph.D., and Supratman Sukowati, Ph.D, be as Research Professor. This is done Pengukuhan Chairman LIPI (Indonesian Institute of Science) in the Meeting Room Leimena RI Department of Health, dated 30 December 2008.

Two researchers who have previously obtained a degree Research Professor, the Professor. (research) Herman Sudiman, SKM with research titled Challenges in R & D Cross Discipline Problems Penanggulangan Poverty, Famine and Poor Nutrition in Indonesia and Mohammad Sudomo with disease research, entitled Parasitik be the Poor in Indonesia.

In orasi ilmiahnya entitled Problems Species diversity malaria vector control and the way in Indonesia, Supratman Sukowati, Ph.D., says the problem because the malaria mosquito vector-based environment and specific local, the control may not work if only the method of intervention uniform, and only through entomologi. Therefore, the need to apply an integrated vector control, which is a combination of several methods together as part of malaria control program.

Furthermore, Supratman Sukowati, Ph.D said in the application of the method is expected to stakeholders and the community must actively participate in preventing the spread of vectors is much more knowledgeable. With the fixed based on the environmentally friendly system, a rational, economical, feasible, sustainable, and in accordance with the local social culture can be so accepted by the community.

According to Supratman Sukowati, Ph.D, malaria is still a lot of pain and death, and KLB in perdesaaan areas far from health services. Estimated, in the last five years in Indonesia who live in areas at risk of malaria was 49.6%, the District of endemic malaria 309 (70%).

Known all over the world there are approximately 4,500 species of mosquitoes in the genus of 34 family Culicidae, only species of the genus Anopheles as vectors of human malaria. The number of Anopheles species that have been reported in Indonesia as many as 80 (17.18%) and 22 of them have been confirmed as malaria vectors (2.14%).

Each area has a species, the distribution area, and vectors of a specific local. Anopheles species are known from the morphology characteristics may act as vectors of malaria in the region, but not necessarily in other areas. Anopheles mosquito species in a region called the malaria vectors in the gland when eat one's words evidently found sporozoit Plasmodium spp.

Added in the research, known figures in pain Malaria in Java-Bali annual parasite incidence (API pain or the number of malaria has been tested through laboratory tests) in 2001 (0.62 per mile); 2002 (0.47 per mile); 2003 (0.22 per mile); 2004 (0.15 per mile); 2005 (0.06 per mile). While the number pain malaria outside Java-Bali in the annual malaria incidence (AMI or numbers based on the symptoms of pain, clinical malaria) in 2001 (26.20 per mile); 2002 (22.23 per mile); 2003 (21.80 per mile ); 2004 (21.2 per mile); 2005 (13.4 per mile).

More pain to figure malaria in Java-Bali in 2003 (API) in the range of 0,03-0,22 per mile and outside Java-Bali AMI ranged between 2,31-127,89 per mile. In 2007 the number of positive malaria cases have reached 311,789.

Meanwhile Komari, M.Sc., Ph.D. in orasinya titled Nutrition Intervention Program: Nutrition Fortifikasi substance Micro At Salt Nutrigenomic parameters and states that the lack of micro-nutrient substances merupaskan phenomenon that is very clearly indicates the low vitamin Feed from the day-to - day.

Added by Komari, M.Sc., Ph.D., is a fortifikasi nutrition intervention that is capable of ensuring the consumption of food containing the substance enough micro-nutrients. Fortifikasi vitamine micro approach biopartikel was so fortifikasi micro-nutrient substances (iron, iodine and vitamin A) is to add a vehicle in the form of salt. The development of research on the triple fortifikasi has shown the influence of salt on increasing the nutrient status of the community.

While in the nutrigenomic parameters are necessary to ensure that micro fortifikasi vitamin metabolism so that it can stabilize the nutrient status remain in a state of balance.

Orasinya in further stated that in the implementation of this fortifikasi which has reached about thirty-five years since dicanangkannya yodisasi salt and about five new additions this year to iron in the wheat flour. This needs to get attention from the government to immediately ensure the adequacy of oxygen gizimikro food menu in the community.

Role fortifikasi play an important role because the program that requires counseling and long-term vitamin suplementasi with selected targets should not be a reason for not doing fortifikasi, said Komari, M.Sc., Ph.D.

At the end of the orasinya Komari, M.Sc., Ph.D. recommend the application of the technology enkapsulasi that nano-sized, namely enkapsulasi in nano technology will further increase fortifikasi broad surface vitamine increasing the value of micro-biological micro-nutrient substances.

It also expected the role of micro-nutrient substances need to be developed fully for the poor and difficult to reach with food empower local biodiversity fortifikasi as a vehicle for increasing micro-nutrient status and role of the public a more precise measurement and the fundamental nature nutrigenomic should be developed in order to reduce the risk of nutrient harm health.

News is broadcast by Public Communication Center, the Secretariat General of the Ministry of Health. For more information can contact via phone number / fax: 021-522 3002, 5296 0661 or e-mail address puskom.publik @ yahoo.co.id.
Source: http://www.depkes.go.id

Bahasa Indonesia
Hari ini dua lagi peneliti Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan ( Badan Litbangkes Depkes ), yaitu Komari, M.Sc., Ph.D dan Supratman Sukowati, Ph.D, dikukuhkan sebagai Profesor Riset. Pengukuhan ini dilakukan Ketua LIPI ( Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia ) di Ruang Rapat Leimena Departemen Kesehatan RI, tanggal 30 Desember 2008.

Dua peneliti sebelumnya yang telah memperoleh gelar Profesor Riset, yaitu Prof. (riset) Herman Sudiman, SKM dengan penelitiannya yang berjudul Tantangan Litbang Lintas Disiplin dalam Penanggulangan Masalah Kemiskinan, Kelaparan dan Gizi Kurang di Indonesia dan Mohammad Sudomo dengan penelitiannya berjudul Penyakit Parasitik yang Kurang Diperhatikan di Indonesia.

Dalam orasi ilmiahnya yang berjudul Masalah Keragaman Spesies Vektor Malaria dan Cara Pengendaliannya di Indonesia, Supratman Sukowati, Ph.D, menyatakan mengingat masalah nyamuk vektor malaria berbasis lingkungan dan bersifat spesifik lokal, maka pengendaliannya tidak mungkin berhasil jika hanya menggunakan metode intervensi seragam, dan hanya melalui pendekatan entomologi. Oleh karena itu perlu diterapkan pengendalian vektor terpadu, yaitu kombinasi beberapa metode yang bersinergi sebagai bagian dari program pengendalian malaria.

Lebih lanjut, Supratman Sukowati, Ph.D mengatakan dalam penerapan metode tersebut diharapkan para pemangku kepentingan dan masyarakat harus berperan serta aktif dalam mencegah penyebaran vektor ini lebih luas lagi. Dengan tetap berlandaskan pada sistem ramah lingkungan, bersifat rasional, ekonomis, layak, berkesinambungan, dan sesuai dengan sosial budaya setempat sehingga bisa diterima oleh masyarakat.

Menurut Supratman Sukowati, Ph.D, malaria masih banyak menimbulkan kesakitan dan kematian, serta KLB di daerah perdesaaan yang jauh dari layanan kesehatan. Diperkirakan, pada lima tahun terakhir ini penduduk Indonesia yang tinggal di daerah beresiko malaria sebesar 49,6 %, yaitu Kabupaten endemis malaria sebesar 309 (70 %).

Di seluruh dunia diketahui terdapat kurang lebih 4500 spesies nyamuk dalam 34 genus dari famili Culicidae, hanya spesies dari genus Anopheles yang berperan sebagai vektor malaria manusia. Jumlah spesies Anopheles yang telah dilaporkan di Indonesia sebanyak 80 (17,18%) dan 22 diantaranya telah dikonfirmasi sebagai vektor malaria (2,14%).

Setiap daerah memiliki spesies, daerah penyebaran, dan vektor yang bersifat spesifik lokal. Spesies Anopheles yang dikenal dari ciri-ciri morfologi mungkin bisa berperan sebagai vektor malaria di suatu daerah, namun belum tentu di daerah lainnya. Spesies nyamuk Anopheles di suatu daerah disebut sebagai vektor malaria apabila di dalam kelenjar ludahnya terbukti ditemukan sporozoit Plasmodium spp.

Ditambahkan dalam risetnya, diketahui Angka Kesakitan Malaria di Jawa-Bali dalam annual parasit incidence (API atau angka kesakitan malaria yang sudah diuji melalui tes laboratorium ) pada tahun 2001 (0,62 per mil ); 2002 (0,47 per mil ); 2003 (0,22 per mil ); 2004 (0,15 per mil); 2005 (0,06 per mil). Sedangkan angka kesakitan malaria di luar Jawa-Bali dalam annual malaria incidence (AMI atau angka kesakitan malaria berdasarkan gejala klinis) pada tahun 2001 (26,20 per mil); 2002 (22,23 per mil); 2003 (21,80 per mil); 2004 (21,2 per mil); 2005 (13,4 per mil).

Lebih lanjut untuk angka kesakitan malaria di Jawa-Bali pada tahun 2003 (API) berkisar antara 0,03-0,22 per mil dan di luar Jawa-Bali AMI berkisar antara 2,31-127,89 per mil. Pada tahun 2007 jumlah positif malaria sudah mencapai 311.789 kasus.

Sementara itu Komari, M.Sc., Ph.D dalam orasinya yang berjudul Program Intervensi Gizi: Fortifikasi Zat Gizi Mikro Pada Garam dan Parameter Nutrigenomic menyatakan bahwa masalah kekurangan zat gizi mikro merupaskan fenomena yang sangat jelas menunjukkan rendahnya asupan zat gizi dari menu sehari-hari.

Ditambahkan oleh Komari, M.Sc., Ph.D, fortifikasi merupakan intervensi gizi yang mampu menjamin konsumsi makanan masyarakat mengandung cukup zat gizi mikro. Fortifikasi zat gizi mikro dengan pendekatan biopartikel dilakukan agar fortifikasi zat gizi mikro (zat besi, yodium dan vitamin A) yaitu dengan menambahkan dalam satu wahana berupa garam. Perkembangan penelitian dengan triple fortifikasi pada garam telah menunjukkan pengaruh pada peningkatan status gizi masyarakat.

Sedangkan pada parameter nutrigenomic sangat diperlukan untuk menjamin bahwa fortifikasi zat gizi mikro dapat menstabilkan metabolisme sehingga status gizi tetap berada dalam keadaan seimbang.

Lebih lanjut dalam orasinya dinyatakan bahwa dalam pelaksanaan fortifikasi ini yang telah mencapai sekitar tiga puluh lima tahun sejak dicanangkannya yodisasi garam dan baru sekitar lima tahun ini penambahan zat besi ke dalam tepung terigu. Hal ini perlu mendapat perhatian dari pemerintah untuk segera menjamin kecukupan zat gizimikro di dalam menu makanan masyarakat.

Peranan fortifikasi memegang peranan penting karena program penyuluhan yang memerlukan jangka panjang dan suplementasi zat gizi dengan sasaran yang terpilih hendaknya bukan menjadi alasan untuk tidak melakukan fortifikasi, ungkap Komari, M.Sc., Ph.D.

Di akhir orasinya Komari, M.Sc., Ph.D menyarankan penerapan teknologi enkapsulasi yang berukuran nano, yakni nano enkapsulasi dalam teknologi fortifikasi akan lebih meningkatkan luas permukaan zat gizi mikro sehingga meningkatkan nilai biologis zat gizi mikro.

Selain itu juga diharapkan peranan zat gizi mikro secara lengkap perlu dikembangkan untuk daerah miskin dan sulit terjangkau dengan memberdayakan biodiversity makanan lokal sebagai wahana fortifikasi untuk peningkatan status gizi mikro masyarakat serta peranan pengukuran yang lebih teliti dan mendasar yang bersifat nutrigenomic perlu dikembangkan agar menurunkan resiko gizi yang merugikan kesehatan.

Berita ini disiarkan oleh Pusat Komunikasi Publik, Sekretariat Jenderal Departemen Kesehatan. Untuk informasi lebih lanjut dapat menghubungi melalui nomor telepon/faks: 021-522 3002, 5296 0661 atau alamat e-mail puskom.publik@yahoo.co.id.
Data :http://www.depkes.go.id

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

Tidak ada komentar:

Posting Komentar